Di TPA ini sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar, pabrik, rumah sakit dll. dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah dari rumah sakit dipisahkan dan dibakar dalam insenerator. Sedangkan lindi, yaitu cairan sampah disalurkan ke ke beberapa kolam penampung dan kolam penampung terakhir akan dipelihara ikan, sebagai bukti air sudah bersih dan bebas dari limbah berbahaya.
Setiap harinya sampah yang diangkut dari Balikpapan ke TPA ini sebanyak 315 ton, terdiri dari sampah organik dan anorganik.
Sampah organik ini kemudian diolah menjadi pupuk kompos dan sudah mulai dipasarkan di kalangan terbatas. Kami merencanakan produksi kompos ini akan dipasarkan untuk reklamasi pada lahan bekas tambang batu bara. Dibuat tanaman percontohan, terutama untuk tanaman yang jarang atau tidak tumbuh di wilayah ini, seperti tanaman Aloe-vera atau lidah buaya yang banyak manfaatnya, misalnya untuk makanan tambahan atau campuran yoghurt, penyubur rambut, obat sakit perut/maag, bahan minuman dll.. Tanaman ini akan dipasarkan dengan menggunakan kompos sebagai media.
Sedangkan di wilayah sekitar TPA Manggar, banyak pemulung-pemulung dan pengepul plastik, kertas dan besi yang bertempat tinggal untuk lebih dekat dengan lokasi. Dengan harapan, lebih dekat dengan TPA maka hasil barang-barang bekas yang mereka kumpulkan dapat lebih banyak dan cepat. Tetapi sebagian dari para pengepul mengeluh karena tidak ada bantuan atau pembinaan dari pihak terkait, karena mereka juga butuh bantuan untuk peralatan pengepresan barang-barang bekas tersebut agar daya belinya semakin tinggi.
Kutipan dari Post Metro Balikpapan:
Penilaian Adipura tahap pertama yang dilakukan tim dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) terhadap kondisi kebersihan kota Balikpapan, juga menjadikan tempat pembuangan akhir (TPA) Manggar, sebagai salah satu titik pantau penilaian.
Dari hasil pantauan KLH di beberapa titik pantau penilaian Adipura, dapat dikatakan TPA Manggarlah yang untuk saat ini bisa menyelamatkan Balikpapan untuk tetap menjaga piala Adipura tidak terbang ke kota lain.
Pasalnya dari beberapa titik pantau seperti pasar, drainase, perumahan, perkantoran serta TPA, hanya yang disebutkan terahirlah yang mampu menyumbang poin tertinggi bagi Kota Balikpapan dalam penilaian Adipura tahap pertama, sedangkan yang point terendah dari penilaian tersebut adalah dari kebersihan pasar tradisional, yang pemilahan serta pengolahan sampahnya belum maksimal.
Menaggapi hal tersebut, Sri Ngenana sebagai pengawas TPA Manggar, tidak ingin terlalu terlena dengan hasil penilaian Adipura tahap pertama tersebut. Ia serta jajaran lainnya yang bertugas di TPA Manggar, hanya berusaha menjalankan tugas yang diemban secara maksimal.
Ia menjelaskan bahwa pengolahan sampah di TPA Manggar, sangatlah baik dengan adanya mesin penghancur, pemilah, serta penyaring sampah, agar dimanfaatkan kembali menjadi kompos. ”Kita hanya menjalankan tugas dengan profesional,” kata Sri, menjawab Metro di kantornya, Kamis (4/2) kemarin.
Rendahnya point yang dihasilkan pasar pada penilaian Adipura tahap pertama tersebut, bisa disebabkan karena belum berjalannya rencana untuk melakukan pengolahan terhadap sampah pasar yang bekerjasama dengan Kilang Mandiri, dibawah koordinasi pihaknya, namun ia tidak ingin memberi komentar tentang penilaian tersebut.
Diakuinya 10 unit mesin pengolah sampah yang ada di TPA Manggar, cukup ideal untuk mengolah sampah yang masuk tiap hari ke TPA tersebut. ”Ada 10 mesin, kalau untuk mesin penghancur sampah ada 4 unit,” terang alumni pasca sarjana salah satu perguruan tinggi di Jerman.
Persiapan TPA Manggar untuk menghadapi penilaian Adipura sebenarnya tidak terlalu berlebihan, hanya melakukan pembenahan terhadap kekurangan dari penilaian Adipura tahun 2009. Pihaknya mengambil pelajaran terhadap, dari kekuranngan tersebut untuk terus memajukan TPA baik ada penilaian maupun tidak.
”Sebenarnya tidak ada persiapan khusus, hanya saja kita terus benahi apa yang kurang, seperti saat penilaian 2009, dianggap kurang karena tidak ada pagar pembatas, jadi kita buatkan pagar, pagarnya juga bukan kawat, tapi tembok,” pungkas Sri.
Kutipan dari Post Metro Balikpapan:
Penilaian Adipura tahap pertama yang dilakukan tim dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) terhadap kondisi kebersihan kota Balikpapan, juga menjadikan tempat pembuangan akhir (TPA) Manggar, sebagai salah satu titik pantau penilaian.
Dari hasil pantauan KLH di beberapa titik pantau penilaian Adipura, dapat dikatakan TPA Manggarlah yang untuk saat ini bisa menyelamatkan Balikpapan untuk tetap menjaga piala Adipura tidak terbang ke kota lain.
Pasalnya dari beberapa titik pantau seperti pasar, drainase, perumahan, perkantoran serta TPA, hanya yang disebutkan terahirlah yang mampu menyumbang poin tertinggi bagi Kota Balikpapan dalam penilaian Adipura tahap pertama, sedangkan yang point terendah dari penilaian tersebut adalah dari kebersihan pasar tradisional, yang pemilahan serta pengolahan sampahnya belum maksimal.
Menaggapi hal tersebut, Sri Ngenana sebagai pengawas TPA Manggar, tidak ingin terlalu terlena dengan hasil penilaian Adipura tahap pertama tersebut. Ia serta jajaran lainnya yang bertugas di TPA Manggar, hanya berusaha menjalankan tugas yang diemban secara maksimal.
Ia menjelaskan bahwa pengolahan sampah di TPA Manggar, sangatlah baik dengan adanya mesin penghancur, pemilah, serta penyaring sampah, agar dimanfaatkan kembali menjadi kompos. ”Kita hanya menjalankan tugas dengan profesional,” kata Sri, menjawab Metro di kantornya, Kamis (4/2) kemarin.
Rendahnya point yang dihasilkan pasar pada penilaian Adipura tahap pertama tersebut, bisa disebabkan karena belum berjalannya rencana untuk melakukan pengolahan terhadap sampah pasar yang bekerjasama dengan Kilang Mandiri, dibawah koordinasi pihaknya, namun ia tidak ingin memberi komentar tentang penilaian tersebut.
Diakuinya 10 unit mesin pengolah sampah yang ada di TPA Manggar, cukup ideal untuk mengolah sampah yang masuk tiap hari ke TPA tersebut. ”Ada 10 mesin, kalau untuk mesin penghancur sampah ada 4 unit,” terang alumni pasca sarjana salah satu perguruan tinggi di Jerman.
Persiapan TPA Manggar untuk menghadapi penilaian Adipura sebenarnya tidak terlalu berlebihan, hanya melakukan pembenahan terhadap kekurangan dari penilaian Adipura tahun 2009. Pihaknya mengambil pelajaran terhadap, dari kekuranngan tersebut untuk terus memajukan TPA baik ada penilaian maupun tidak.
”Sebenarnya tidak ada persiapan khusus, hanya saja kita terus benahi apa yang kurang, seperti saat penilaian 2009, dianggap kurang karena tidak ada pagar pembatas, jadi kita buatkan pagar, pagarnya juga bukan kawat, tapi tembok,” pungkas Sri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar